Free Music Online
Free Music Online

free music at divine-music.info

Jumat, 19 Juli 2013

Resep Puding Alpukat

Puding alpukat saus moka


satu ini cukup istimewah, tentu saja kita semua sudah tahu bahwa manfaat dari buah alpukat sangat baik bagi kesehatan maupun untuk kecantikan :) . Kali ini akan di sertai dengan saus moka dan tentu saja akan semakin membuat puding alpukat ini menjadi lezat dan istimewah, penasaran? berikut cara membuatnya:

Bahan Puding:
- 300 g daging buah alpukat, haluskan.
- 400 ml susu segar
- 1 bungkus agar-agar bubuk putih.
- 150 g gula pasir - ½ sdt vanili bubuk
- Sedikit pewarna hijau.


Saus Moka:
- 500 ml susu segar.
- 1 sdm kopi bubuk instant
- 100 g dark cooking chocolate, potong kecil.
- 1 kuning telur ayam
- 1 sdm tepung maizena
- Gula pasir secukupnya

Cara membuat:
- Puding Alpukat: masak alpukat, susu, agar-agar, gula dan vanili hingga mendidih.
- Angkat, aduk-aduk hingga uapnya hilang. Beri sedikit pewarna, aduk rata.
- Tuang ke dalam gelas-gelas saji. Biarkan hingga beku. (Bisa ditaruh di lemari es agar cepat beku atau mengeras)

- Saus Moka: masak susu, kopi, cokelat dan gula pasir secukupnya hingga cokelat larut.
- Aduk kuning telur dan tepung maizena hingga rata, beri sedikit adonan susu, aduk rata.
- Tuang ke dalam adonan susu dan masak hingga kental dan mendidih.
- Angkat dan dingin.
- Tuangkan saus moka yang sudah jadi ke atas puding alpukat yang sudah mengeras atau beku.
- Puding Alpukat Saus Moka siap untuk dinikmati Resep ini hanya untuk membuat puding alpukat saus moka 6 gelas saja.

Makalah ASKEB PATOLOGI REST PLASENTA

MAKALAH ASKEB IV PATOLOGI
“REST PLASENTA “


Di Susun Oleh :
KELOMPOK III
*  Ni Nyoman Novita
*  Diana Dina
*  Aprianti
*  Meri A. Mohi
 
 









POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR
JURUSAN KEBIDANAN
2013


KATA PENGANTAR

            Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan karunia Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah ASKEB IV Patologi ini yang berjudul “Rest Plasenta” tepat pada waktunya.
            Di dalam makalah ini kami memaparkan sedikit tentang konsep dasar rest plasenta,penatalaksanaan rest plasenta ,SOAP rest plasenta, kami susun sekiranya agar pembaca mendapatkan penambahan pengetahuan .
            Kami sadari masih banyak kesalahan-kesalahan yang tidak di sengaja dalam makalah kami ini, mengingat makalah ini masih jauh dari kata sempurna , oleh karena itu besar harapan kami mendapatkan kritik dan saran yang sifatnya membangun sehingga dapat menjadi bahan koreksi kami  untuk menyusun suatu makalah di kenudian hari. Terima kasih








                                                                                    Makassar,06 Juli 2013
                                                                                                Penulis






DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I Pendahuluan
Latar Belakang
BAB II Pembahasan
Definisi Rest Plasenta
Penyebab Rest Plasenta
Tinjauan Faktor Yang Berhubungan Dengan Rest Plasenta
Gejala Klinik Akibat Rest Plasenta
Diagnosa Rest Plasenta Ditegakkan Berdasarkan
Komplikasi Rest Plasenta
Pencegahan Rest Plasenta
Penanganan Rest Plasenta

BAB III Tinjauan Kasus
BAB IV Penutup
Saran
Daftar Pustaka








BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Perdarahan dalam bidang obstetri dan ginekologi hampir selalu berakibat fatal bagi ibu maupun janin, terutama jika tindakan pertolongan terlambat dilakukan, atau jika komponennya tidak dapat segera dilakukan. Oleh karena itu, setiap Perdarahan yang terjadi dalam masa kehamilan, persalinan dan nifas harus dianggap sebagai suatu keadaan akut dan serius. (http://www.kalbe.co.id, diakses 26 juni 2010).
Perdarahan dalam kehamilan dan persalinan terdiri dari pendarahan ante, intra dan postpartum (pasca persalinan). Perdarahan pasca persalinan ialah Perdarahan yang terjadi setelah bayi lahir dengan angka kejadian berkisar antara 5% - 15% dari laporan-laporan pada negara maju maupun negara berkembang, termasuk didalamnya adalah Perdarahan karena Rest Plasenta, insidens Perdarahan Pasca Persalinan akibat Rest Plasenta dilaporkan berkisar 23% - 24%. (Mochtar R, 1998 )
Data World Health Organitation (WHO) sebanyak 99 % kematian ibu akibat masalah persalinan atau kelahiran terjadi dinegara-negara berkembang. Rasio kematian ibu dinegara-negara berkembang merupakan yang tertinggi dengan 450 kematian ibu per 100ribu kelahiran hidup. (http://www.tenaga-kesehatan.or.id.online , diakses 15 Juli 2010). Angka Kematian Ibu di Indonesia pada tahun 2009 masih menempati AKI tertinggi di Asia Tenggara yaitu 226/100.000 kelahiran hidup. Dimana, penyebab kematian ibu komplikasi akibat kehamilan, persalinan dan nifas. Hal ini diikuti oleh tingginya AKB ditingkat ASEAN khususnya negara Indonesia yang berkisar 26/1000 kelahiran hidup. Tetapi bila dibandingkan dengan target yang ingin dicapai secara nasional pada tahun 2010, yaitu sebesar 125 per 100.000 kelahiran hidup. Beberapa tahun terakhir AKB telah banyak mengalami penurunan yang cukup besar meskipun pada tahun 2001 meningkat kembali sebagai dampak dari berbagai krisis yang melanda Indonesia. (http://www.depkes.go.id diakses 15 Juli 2010).
Penyebab tingginya tingkat kematian ibu di Indonesia, antara lain, budaya patriaki yang masih kental. Perempuan tidak memiliki kendali penuh atas dirinya. Seringkali perempuan tidak berkuasa kapan dia harus mengandung. Padahal disaat itu mungkin hamil berbahaya bagi dia. Kemudian, disebabkan kemiskinan, rendahnya pendidikan, kurangnya akses terhadap informasi, tingginya peranan dukun dan terbatasnya layanan medis modern(http://id.shvoong.com/medicine-and-health/1799371-angka-kematian-ibu-dan-bayi/,diakses26 juni 2010).
Menurut Badan Pusat Statistika (BPS) diperkirakan pada tahun 2005 Angka Kematian telah turun mencapai 262/100.000 kelahiran hidup. Adapun penyebab langsung kematian ibu adalah Perdarahan yang mencapai 28%, Preeklamsi dan eklamsi 24%, Infeksi 11% dan Aborsi tidak aman 5%. ((http://www.mediaindonesia.com.online, diakses 26 Juni 2010).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Selatan tahun 2008 tercatat jumlah kematian ibu sebesar 116 orang, penyebab terbanyak adalah perdarahan sebesar 72 orang (62,06  %), eklamsia 19 orang (16,37 %), infeksi 5 orang (4,31 %) dan lain-lain 20 orang (17,24 %). Sedangkan pada tahun 2009 sebesar 114 orang, dimana penyebab terbanyak adalah Perdarahan sebesar 59 orang (51,75 %) , Eklampsia 35 orang(30,70 %), Infeksi 8 orang (7,01 %), dan lain-lain sebanyak 12 orang (10,52 %).

\











BAB II
PEMBAHASAN

  1. Pengertian Rest Plasenta
1.      Rest Plasenta adalah tertinggalnya sisa plasenta dan membranya dalam cavum uteri. (Saifuddin, A.B, 2002)
2.      Rest plasenta merupakan tertinggalnya bagian plasenta dalam uterus yang dapat menimbulkan perdarahan post partum primer atau perdarahan post partum sekunder (Alhamsyah, 2008).

  1. Penyebab Rest Plasenta
1.      Pengeluaran plasenta tidak hati-hati
2.      Salah pimpinan kala III : terlalu terburu - buru untuk mempercepat lahirnya plasenta.

C.   Tinjauan Faktor Yang Berhubungan Dengan Rest Plasenta

  1. Umur ibu
Usia ibu hamil terlalu muda (< 20 tahun) dan  terlalu  tua (> 35 tahun) mempunyai risiko yang lebih besar untuk melahirkan bayi kurang sehat. Hal ini dikarenakan pada umur dibawah  20 tahun, dari segi biologis  fungsi reproduksi seorang wanita belum berkembang dengan sempurna untuk menerima keadaan janin dan segi psikis belum matang dalam menghadapi tuntutan beban moril, mental dan emosional, sedangkan pada umur diatas 35 tahun dan sering melahirkan, fungsi reproduksi seorang wanita sudah mengalami kemunduran atau degenerasi  dibandingkan  fungsi  reproduksi normal sehingga kemungkinan untuk terjadinya komplikasi pasca persalinan  terutama perdarahan  lebih besar.
Perdarahan post partum yang mengakibatkan kematian maternal pada wanita hamil yang melahirkan pada umur dibawah 20 tahun, 2-5 kali lebih tinggi daripada perdarahan post partum yang terjadi pada usia 20-29 tahun. Perdarahan post partum meningkat kembali setelah usia 30-35 tahun (Wiknjosastro, 2006 : 23).

  1. Paritas Ibu
Perdarahan  post partum semakin meningkat pada wanita yang telah melahirkan tiga anak atau lebih, dimana uterus yang telah melahirkan banyak anak cenderung bekerja tidak efesien pada semua kala persalinan. Uterus pada saat persalinan, setelah kelahiran plasenta sukar untuk berkontraksi dan beretraksi kembali sehingga pembuluh darah maternal pada dinding uterus akan tetap terbuka. Hal inilah yang dapat meningkatkan insidensi perdarahan postpartum (Wiknjosastro, 2006 : 23).
Jika  kehamilan  “terlalu muda,  terlalu tua, terlalu banyak dan terlalu dekat (4 terlalu)”  dapat meningkatkan risiko berbahaya pada proses reproduksi karena kehamilan yang terlalu sering dan terlalu dekat menyebabkan intake (masukan) makanan atau gizi menjadi rendah. Ketika tuntunan dan beban fisik terlalu tinggi mengakibatkan wanita tidak mempunyai  waktu untuk mengembalikan kekuatan diri dari tuntutan gizi, juga anak yang telah dilahirkan perlu mendapat perhatian yang optimal dari kedua orangtuanya sehingga perlu sekali untuk mengatur kapan sebaiknya waktu yang tepat untuk hamil (Saifuddin, 2002 : 7).

  1. Status Anemia dalam kehamilan
Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb)dalam darahnya kurang dari 12 gr% (Wiknjosastro , 2002). Anemiadalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester 1 dan 3 atau kadar haemoglobin kurang dari 10,5 gr% pada trimester 2. Nilai batas tersebut dan perbedaannya dengan wanita tidak hamil terjadi karena hemodilusi, terutama pada trimester 2 (Saifuddin, 2002).
Darah akan bertambah banyak dalam kehamilan yang lazimdisebut hidremia atau hipervolemiaAkan tetapi, bertambahnya seldarah kurang dibandingkan dengan bertambahnya plasma sehinggaterjadi pengenceran darah. Perbandingan tersebut adalah sebagaiberikut: plasma 30%, sel darah 18% dan haemoglobin 19%.Bertambahnya darah dalam kehamilan sudah dimulai sejak kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan antara 32 dan 36 minggu (Wiknjosastro, 2006). Secara fisiologis, pengenceran darah ini untuk membantu meringankan kerja jantung yang semakin berat dengan adanya kehamilan.
Penyebab anemia pada umumnya adalah sebagai berikut:
  1. Kurang gizi (malnutrisi)
  2. Kurang zat besi dalam diit
  3. Malabsorpsi
  4. Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-lain
  5. Penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria dan lain-lain

  1. Gejala Klinik Akibat Rest Plasenta
Gejala klinik yang sering di rasakan pada pasien dengan rest plasenta yaitu :
  1. Sewaktu suatu bagian dari plasenta (satu atau lebih lobus) tertinggal, maka uterus tidak dapat berkontraksi secara efektif dan keadaan ini dapat menimbulkan perdarahan. Tetapi mungkin saja pada beberapa keadaan tidak ada perdarahan dengan sisa plasenta. Tertinggalnya sebagian plasenta (rest plasenta)
2.      Keadaan umum lemah
3.      Peningkatan denyut nadi
4.      Tekanan darah menurun
5.      Pernafasan cepat
6.      Gangguan kesadaran (Syok)
7.      Pasien pusing dan gelisah
8.      Tampak sisa plasenta yang belum keluar


  1. Diagnosa Rest Plasenta Ditegakkan Berdasarkan
Diagnosa rest plasenta dapat di tegakkan berdasarkan :
1.      Anamnese 
2.      Pemeriksaan umum : tekanan darah, nadi, suhu dan pernafasan
3.      Palpasi untuk mengetahui kontraksi uterus dan tinggi fundus uteri
  1. Memeriksa plasenta dan ketuban apakah lengkap atau tidak.
  2. Lakukan eksplorasi cavum uteri untuk mencari
a.       Sisa plasenta atau selaput ketuban
b.      Robekan rahim
c.       Plasenta suksenturiata
  1. Inspekulo: untuk melihat robekan pada serviks, vagina, dan varises yang pecah
7.      Pemeriksaan laboratorium : Hb, Hematokrit
8.      Pemeriksaan USG
           
  1. Komplikasi Rest Plasenta (Manuaba, I. B. G, 2008)
1.      Sumber infeksi dan perdarahan potensial
2.      Memudahkan terjadinya anemia yang berkelanjutan
3.      Terjadi plasenta polip
4.      Degenerasi korio karsinoma   
5.      Dapat menimbulkan gangguan pembekuan darah

  1. Pencegahan Rest Plasenta (Manuaba, I. B.G, 2008)
Pencegahan terjadinya perdarahan post partum merupakan tindakan utama, sehingga dapat menghemat tenaga, biaya dan mengurangi komplikasi upaya preventif dapat dilakukan dengan :
  1. Meningkatkan kesehatan ibu, sehingga tidak terjadi anemia dalam kehamilan.
  2. Melakukan persiapan pertolongan persalinan secara legeartis.
  3. Meningkatkan usaha penerimaan KB.
  4. Melakukan pertolongan persalinan di rumah sakit bagi ibu yang mengalami perdarahan post partum.
  5. Memberikan uterotonika segera setelah persalinan bayi, kelahiran plasenta dipercepat.

  1. Penanganan Rest Plasenta
Apabila diagnosa sisa plasenta ditegakkan maka bidan boleh melakukan pengeluaran sisa plasenta secara manual atau digital, dg langkah-langkah sebagai berikut:
  1. Perbaikan keadaan umum ibu (pasang infus)
  2. Kosongkan kandung kemih
  3. Memakai sarung tangan steril
  4. Desinfeksi genetalia eksterna
  5. Tangan kiri melebarkan genetalia eksterna,tangan kanan dimasukkan secara obstetri sampai servik
  6.  lakukan eksplorasi di dalam cavum uteri untuk         mengeluarkan sisa plasenta
  7. lakukan pengeluaran plasenta secara digital
  8. Setelah plasenta keluar semua diberikan injeksi         uterus tonika
  9. Berikan antibiotik utk mencegah infeksi
  10.  Antibiotika ampisilin dosis awal 19 IV dilanjutkan dengan 3x1 gram.oral dikombinasikan dngan             metronidazol 1 gr suppositoria dilanjutkan     dengan 3x500 mg oral.
  11. Observasi tanda-tanda vital dan perdarahan
  12. Antibiotika dalam dosis pencegahan sebaiknya         diberikan.

Sisa plasenta bisa diduga bila kala uri   berlangsung tidak lancar atau setelah melakukan plasenta manual atau menemukan adanya kotiledon yang tidak lengkap pada saat melakukan pemeriksaan plasenta dan masih ada perdarahan dari ostium uteri eksternum pada saat kontraksi rahim sudah baik dan robekan jalan lahir sudah terjahit. Untuk itu, harus dilakukan eksplorasi kedalam rahim dengan cara manual/digital atau kuret dan pemberian uterotonika. Anemia yang ditimbulkan setelah perdarahan dapat diberi transfuse darah sesuai dengan keperluannya (Sarwono Prawirohaardjo, 2008, hal: 527)
















BAB III
TINJAUAN KASUS

PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN POSTPARTUM  PADA   NY.“F”
DENGAN   REST  PLASENTA DAN ANEMIA SEDANG
DI RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR
TANGGAL 10 DESEMBER 2012

No register                  : 370474
Tanggal masuk RS      : 8 Desember 2012 pukul 12.50 WITA
Tanggal pengkajian     : 10 Desember 2012 pukul 20.45 WITA
Ruangan                      : IRD Obgin


Data subyektif (S)
Ibu merasa lebih sehat, masih ada  pengeluaran darah dari jalan lahir, bertambah banyak bila bila bergerak sehingga mengganggu aktivitasnya,merencanakan kuretase pukul 22.30 Wita, ibu telah ditransfusi tanggal 10 Desember 2012 pukul 10.30 Wita.

Data obyektif (O)
1.                  KU baik
2.                  Tanda-tanda vital :                    
a.                   Tekanan darah             : 110/70 mmHg
b.                  Nadi                            : 84 x/menit
c.                   Suhu                            : 36,7 C
d.                  Pernapasan                  : 20 x/menit
3.                  Kongjungtiva merah muda
4.                  Payudara lembek, ASI keluar, dan puting terbentuk
5.                  TFU II jari di bawah pusat ,kontraksi baik
6.                  Fluksus (+), jumlah perdarahan  ± 35 cc, Lokia rubra
7.                  Tidak ada oedema dan varises pada tungkai
8.                  Riwayat transfusi darah 500 cc pada tanggal 10 Desember 2012 pukul 10.30 Wita
9.                  Hasil lab tanggal 10 Desember 2012 pukul 12.50 Wita ; Hb post transfusi : 10,2 gr %

Assessment ( A )
Ibu postpartum hari ke-III dengan rest plasenta dan anemia ringan

Planning ( P )
Tanggal 10 Desember 2012 pukul  21.45 – 07.00 WITA
  1. Menyampaikan dan jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu
  2. Menjelaskan tujuan kuretase yaitu untuk mengeluarkan sisa jaringan yang tertinggal untuk mengatasi perdarahan, ibu mengerti
  3. Informed consent oleh dr. “B”, suami setuju untuk dilakukan kuretase
  4. Persiapan alat kuretase dengan coass
  5. Kuretase oleh dr. “B” tanggal 10 Desember 2012 pukul 22.30 – 23.00 Wita
  6. Observasi perdarahan, perdarahan ± 40 cc (23.00 – 07.00 Wita)
  7. Memberi HE tentang gizi, istirahat, dan personal hygiene pada ibu dan keluarga

















BAB IV
PENUTUP
Saran
Usaha untuk mencegah terjadinya perdarahan post partum, sebagai berikut :
Perlunya  penyuluhan yang intensif  tentang :
  1. Pengenalan faktor risiko  umur  tertentu,  yaitu < 20 dan  > 35 tahun,
  2. Pentingnya  menjalankan program Keluarga Berencana (KB) untuk menunda dan menjarangkan kehamilan,
  3. Penyebab terjadinya Rest Plasenta oleh tenaga kesehatan khususnya bidan  untuk mencegah terjadinya perdarahan dan kematian ibu saat melahirkan.


















DAFTAR PUSTAKA