http://sucikurnialatief.blogspot.com/
http://serlydianadaepanie.blogspot.com/
http://adriana052.blogspot.com/
http://desynataliafaot56ypkp.blogspot.com/
http://asmawatitahunu54.blogspot.com/
http://nurhikmahnunu77ypkp.blogspot.com/
http://yusriadrianatefi90ypkp.blogspot.com/
Sabtu, 20 Juli 2013
Jumat, 19 Juli 2013
Resep Puding Alpukat
Puding
alpukat saus moka
satu ini cukup istimewah, tentu saja kita
semua sudah tahu bahwa manfaat dari buah alpukat sangat baik bagi kesehatan
maupun untuk kecantikan :) . Kali ini akan di sertai dengan saus moka dan tentu
saja akan semakin membuat puding alpukat ini menjadi lezat dan istimewah,
penasaran? berikut cara membuatnya:
Bahan Puding:
- 300 g daging buah alpukat, haluskan.
- 400 ml susu segar
- 1 bungkus agar-agar bubuk putih.
- 150 g gula pasir - ½ sdt vanili bubuk
- Sedikit pewarna hijau.
Saus Moka:
- 500 ml susu segar.
- 1 sdm kopi bubuk instant
- 100 g dark cooking chocolate, potong kecil.
- 1 kuning telur ayam
- 1 sdm tepung maizena
- Gula pasir secukupnya
Cara membuat:
- Puding Alpukat: masak alpukat, susu, agar-agar, gula dan vanili hingga mendidih.
- Angkat, aduk-aduk hingga uapnya hilang. Beri sedikit pewarna, aduk rata.
- Tuang ke dalam gelas-gelas saji. Biarkan hingga beku. (Bisa ditaruh di lemari es agar cepat beku atau mengeras)
- Saus Moka: masak susu, kopi, cokelat dan gula pasir secukupnya hingga cokelat larut.
- Aduk kuning telur dan tepung maizena hingga rata, beri sedikit adonan susu, aduk rata.
- Tuang ke dalam adonan susu dan masak hingga kental dan mendidih.
- Angkat dan dingin.
- Tuangkan saus moka yang sudah jadi ke atas puding alpukat yang sudah mengeras atau beku.
- Puding Alpukat Saus Moka siap untuk dinikmati Resep ini hanya untuk membuat puding alpukat saus moka 6 gelas saja.
Bahan Puding:
- 300 g daging buah alpukat, haluskan.
- 400 ml susu segar
- 1 bungkus agar-agar bubuk putih.
- 150 g gula pasir - ½ sdt vanili bubuk
- Sedikit pewarna hijau.
Saus Moka:
- 500 ml susu segar.
- 1 sdm kopi bubuk instant
- 100 g dark cooking chocolate, potong kecil.
- 1 kuning telur ayam
- 1 sdm tepung maizena
- Gula pasir secukupnya
Cara membuat:
- Puding Alpukat: masak alpukat, susu, agar-agar, gula dan vanili hingga mendidih.
- Angkat, aduk-aduk hingga uapnya hilang. Beri sedikit pewarna, aduk rata.
- Tuang ke dalam gelas-gelas saji. Biarkan hingga beku. (Bisa ditaruh di lemari es agar cepat beku atau mengeras)
- Saus Moka: masak susu, kopi, cokelat dan gula pasir secukupnya hingga cokelat larut.
- Aduk kuning telur dan tepung maizena hingga rata, beri sedikit adonan susu, aduk rata.
- Tuang ke dalam adonan susu dan masak hingga kental dan mendidih.
- Angkat dan dingin.
- Tuangkan saus moka yang sudah jadi ke atas puding alpukat yang sudah mengeras atau beku.
- Puding Alpukat Saus Moka siap untuk dinikmati Resep ini hanya untuk membuat puding alpukat saus moka 6 gelas saja.
Makalah ASKEB PATOLOGI REST PLASENTA
MAKALAH ASKEB IV PATOLOGI
“REST PLASENTA “
Di Susun Oleh :
KELOMPOK III
|
POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR
JURUSAN KEBIDANAN
2013
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan karunia Nya lah kami dapat
menyelesaikan makalah ASKEB IV Patologi ini yang berjudul “Rest Plasenta” tepat
pada waktunya.
Di dalam makalah ini kami memaparkan
sedikit tentang konsep dasar rest plasenta,penatalaksanaan rest plasenta ,SOAP
rest plasenta, kami susun sekiranya agar pembaca mendapatkan penambahan
pengetahuan .
Kami sadari masih banyak
kesalahan-kesalahan yang tidak di sengaja dalam makalah kami ini, mengingat
makalah ini masih jauh dari kata sempurna , oleh karena itu besar harapan kami
mendapatkan kritik dan saran yang sifatnya membangun sehingga dapat menjadi
bahan koreksi kami untuk menyusun suatu
makalah di kenudian hari. Terima kasih
Makassar,06
Juli 2013
Penulis
DAFTAR
ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I Pendahuluan
Latar
Belakang
BAB II Pembahasan
Definisi
Rest Plasenta
Penyebab
Rest Plasenta
Tinjauan Faktor Yang
Berhubungan Dengan Rest Plasenta
Gejala Klinik Akibat Rest Plasenta
Diagnosa Rest Plasenta Ditegakkan Berdasarkan
Komplikasi Rest Plasenta
Pencegahan Rest Plasenta
Penanganan Rest Plasenta
BAB III Tinjauan Kasus
BAB IV Penutup
Saran
Daftar
Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perdarahan dalam bidang obstetri dan ginekologi hampir selalu berakibat
fatal bagi ibu maupun janin, terutama jika tindakan pertolongan terlambat
dilakukan, atau jika komponennya tidak dapat segera dilakukan. Oleh karena itu,
setiap Perdarahan yang terjadi dalam masa kehamilan, persalinan dan nifas harus
dianggap sebagai suatu keadaan akut dan serius. (http://www.kalbe.co.id, diakses 26 juni 2010).
Perdarahan dalam kehamilan dan persalinan terdiri dari pendarahan ante,
intra dan postpartum (pasca persalinan). Perdarahan pasca persalinan ialah
Perdarahan yang terjadi setelah bayi lahir dengan angka kejadian berkisar
antara 5% - 15% dari laporan-laporan pada negara maju maupun negara berkembang,
termasuk didalamnya adalah Perdarahan karena Rest Plasenta, insidens Perdarahan
Pasca Persalinan akibat Rest Plasenta dilaporkan berkisar 23% - 24%. (Mochtar
R, 1998 )
Data World
Health Organitation (WHO) sebanyak 99 % kematian ibu akibat masalah
persalinan atau kelahiran terjadi dinegara-negara berkembang. Rasio kematian
ibu dinegara-negara berkembang merupakan yang tertinggi dengan 450 kematian ibu
per 100ribu kelahiran hidup. (http://www.tenaga-kesehatan.or.id.online , diakses
15 Juli 2010). Angka Kematian Ibu di Indonesia pada tahun 2009 masih menempati AKI
tertinggi di Asia Tenggara yaitu 226/100.000 kelahiran hidup. Dimana, penyebab
kematian ibu komplikasi akibat kehamilan, persalinan dan nifas. Hal ini diikuti
oleh tingginya AKB ditingkat ASEAN khususnya negara Indonesia yang berkisar
26/1000 kelahiran hidup. Tetapi bila dibandingkan dengan
target yang ingin dicapai secara nasional pada tahun 2010, yaitu sebesar 125
per 100.000 kelahiran hidup. Beberapa tahun terakhir AKB telah banyak mengalami penurunan yang cukup
besar meskipun pada tahun 2001 meningkat kembali sebagai dampak dari berbagai
krisis yang melanda Indonesia. (http://www.depkes.go.id diakses 15 Juli 2010).
Penyebab tingginya tingkat kematian ibu di Indonesia, antara lain, budaya
patriaki yang masih kental. Perempuan tidak memiliki kendali penuh atas
dirinya. Seringkali perempuan tidak berkuasa kapan dia harus mengandung.
Padahal disaat itu mungkin hamil berbahaya bagi dia. Kemudian, disebabkan
kemiskinan, rendahnya pendidikan, kurangnya akses terhadap informasi, tingginya
peranan dukun dan terbatasnya layanan medis modern. (http://id.shvoong.com/medicine-and-health/1799371-angka-kematian-ibu-dan-bayi/,diakses26 juni
2010).
Menurut Badan Pusat Statistika (BPS) diperkirakan pada tahun 2005 Angka
Kematian telah turun mencapai 262/100.000 kelahiran hidup. Adapun penyebab
langsung kematian ibu adalah Perdarahan yang mencapai 28%, Preeklamsi dan
eklamsi 24%, Infeksi 11% dan Aborsi tidak aman 5%. ((http://www.mediaindonesia.com.online,
diakses 26 Juni 2010).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi
Selatan tahun 2008 tercatat jumlah kematian ibu sebesar 116 orang, penyebab terbanyak adalah
perdarahan sebesar 72 orang (62,06 %), eklamsia 19 orang (16,37 %),
infeksi 5 orang (4,31 %) dan lain-lain 20 orang (17,24 %). Sedangkan pada tahun 2009 sebesar 114 orang, dimana penyebab terbanyak adalah Perdarahan sebesar 59 orang (51,75 %) , Eklampsia 35 orang(30,70 %),
Infeksi 8 orang (7,01 %), dan lain-lain
sebanyak 12 orang (10,52
%).
\
BAB II
PEMBAHASAN
- Pengertian Rest Plasenta
1.
Rest Plasenta adalah tertinggalnya sisa plasenta dan
membranya dalam cavum uteri. (Saifuddin, A.B, 2002)
2.
Rest plasenta merupakan
tertinggalnya bagian plasenta dalam uterus yang dapat menimbulkan perdarahan
post partum primer atau perdarahan post partum sekunder (Alhamsyah, 2008).
- Penyebab Rest Plasenta
1.
Pengeluaran plasenta tidak hati-hati
2.
Salah pimpinan kala III : terlalu terburu - buru untuk
mempercepat lahirnya plasenta.
C.
Tinjauan Faktor Yang Berhubungan Dengan Rest Plasenta
- Umur ibu
Usia ibu
hamil terlalu muda (< 20 tahun) dan terlalu tua (>
35 tahun) mempunyai risiko yang lebih besar untuk melahirkan bayi kurang sehat.
Hal ini dikarenakan pada umur dibawah 20 tahun, dari segi
biologis fungsi reproduksi seorang wanita belum berkembang dengan
sempurna untuk menerima keadaan janin dan segi psikis belum matang dalam
menghadapi tuntutan beban moril, mental dan emosional, sedangkan pada umur
diatas 35 tahun dan sering melahirkan, fungsi reproduksi seorang wanita sudah
mengalami kemunduran
atau degenerasi dibandingkan fungsi reproduksi
normal sehingga kemungkinan untuk terjadinya komplikasi pasca
persalinan terutama perdarahan lebih besar.
Perdarahan
post partum yang mengakibatkan kematian maternal pada wanita hamil yang
melahirkan pada umur dibawah 20 tahun, 2-5 kali lebih tinggi daripada
perdarahan post partum yang terjadi pada usia 20-29 tahun. Perdarahan post
partum meningkat kembali setelah usia 30-35 tahun (Wiknjosastro, 2006 :
23).
- Paritas Ibu
Perdarahan post
partum semakin meningkat pada wanita yang telah melahirkan tiga anak atau
lebih, dimana uterus yang telah melahirkan banyak anak cenderung bekerja tidak
efesien pada semua kala persalinan. Uterus pada saat persalinan, setelah
kelahiran plasenta sukar untuk berkontraksi dan beretraksi kembali sehingga
pembuluh darah maternal pada dinding uterus akan tetap terbuka. Hal inilah yang
dapat meningkatkan insidensi perdarahan postpartum (Wiknjosastro, 2006 :
23).
Jika kehamilan “terlalu
muda, terlalu tua, terlalu banyak dan terlalu dekat (4
terlalu)” dapat meningkatkan risiko berbahaya pada proses reproduksi
karena kehamilan yang terlalu sering dan terlalu dekat menyebabkan intake
(masukan) makanan atau gizi menjadi rendah. Ketika tuntunan dan beban fisik
terlalu tinggi mengakibatkan wanita tidak mempunyai waktu untuk
mengembalikan kekuatan diri dari tuntutan gizi, juga anak yang telah dilahirkan
perlu mendapat perhatian yang optimal dari kedua orangtuanya sehingga perlu
sekali untuk mengatur kapan sebaiknya waktu yang tepat untuk hamil (Saifuddin,
2002 : 7).
- Status Anemia dalam kehamilan
Anemia
adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb)dalam darahnya kurang dari 12
gr% (Wiknjosastro , 2002). Anemiadalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan
kadar haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester 1 dan 3 atau kadar
haemoglobin kurang dari 10,5 gr% pada trimester 2. Nilai batas tersebut
dan perbedaannya dengan wanita tidak hamil terjadi karena
hemodilusi, terutama pada trimester 2 (Saifuddin, 2002).
Darah akan
bertambah banyak dalam kehamilan yang lazimdisebut hidremia atau hipervolemia. Akan
tetapi, bertambahnya seldarah kurang dibandingkan dengan bertambahnya plasma
sehinggaterjadi pengenceran darah. Perbandingan tersebut adalah sebagaiberikut:
plasma 30%, sel darah 18% dan haemoglobin 19%.Bertambahnya darah dalam
kehamilan sudah dimulai sejak kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya
dalam kehamilan antara 32 dan 36 minggu (Wiknjosastro, 2006). Secara
fisiologis, pengenceran darah ini untuk membantu meringankan kerja
jantung yang semakin berat dengan adanya kehamilan.
Penyebab
anemia pada umumnya adalah sebagai berikut:
- Kurang gizi (malnutrisi)
- Kurang zat besi dalam diit
- Malabsorpsi
- Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang
lalu, haid dan lain-lain
- Penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing
usus, malaria dan lain-lain
- Gejala Klinik Akibat Rest Plasenta
Gejala
klinik yang sering di rasakan pada pasien dengan rest plasenta yaitu :
- Sewaktu suatu bagian dari plasenta (satu atau
lebih lobus) tertinggal, maka uterus tidak dapat berkontraksi secara
efektif dan keadaan ini dapat menimbulkan perdarahan. Tetapi mungkin saja
pada beberapa keadaan tidak ada perdarahan dengan sisa plasenta.
Tertinggalnya sebagian plasenta (rest plasenta)
2.
Keadaan umum lemah
3.
Peningkatan denyut nadi
4.
Tekanan darah menurun
5.
Pernafasan cepat
6.
Gangguan kesadaran (Syok)
7.
Pasien pusing dan gelisah
8.
Tampak sisa plasenta yang belum keluar
- Diagnosa Rest Plasenta Ditegakkan Berdasarkan
Diagnosa
rest plasenta dapat di tegakkan berdasarkan :
1.
Anamnese
2.
Pemeriksaan umum : tekanan darah, nadi, suhu dan
pernafasan
3.
Palpasi untuk mengetahui kontraksi uterus dan tinggi
fundus uteri
- Memeriksa plasenta dan ketuban apakah lengkap
atau tidak.
- Lakukan eksplorasi cavum uteri untuk mencari
a.
Sisa
plasenta atau selaput ketuban
b.
Robekan
rahim
c.
Plasenta
suksenturiata
- Inspekulo: untuk melihat robekan pada serviks,
vagina, dan varises yang pecah
7.
Pemeriksaan laboratorium : Hb, Hematokrit
8.
Pemeriksaan USG
- Komplikasi Rest Plasenta
(Manuaba, I. B. G, 2008)
1.
Sumber infeksi dan perdarahan potensial
2.
Memudahkan terjadinya anemia yang berkelanjutan
3.
Terjadi plasenta polip
4.
Degenerasi korio karsinoma
5.
Dapat menimbulkan gangguan pembekuan darah
- Pencegahan Rest Plasenta (Manuaba, I. B.G, 2008)
Pencegahan
terjadinya perdarahan post partum merupakan tindakan utama, sehingga dapat
menghemat tenaga, biaya dan mengurangi komplikasi upaya preventif dapat dilakukan
dengan :
- Meningkatkan kesehatan ibu, sehingga tidak
terjadi anemia dalam kehamilan.
- Melakukan persiapan pertolongan persalinan secara
legeartis.
- Meningkatkan usaha penerimaan KB.
- Melakukan pertolongan persalinan di rumah sakit
bagi ibu yang mengalami perdarahan post partum.
- Memberikan uterotonika segera setelah persalinan
bayi, kelahiran plasenta dipercepat.
- Penanganan Rest Plasenta
Apabila diagnosa sisa plasenta
ditegakkan maka bidan boleh melakukan pengeluaran sisa plasenta secara manual
atau digital, dg langkah-langkah sebagai berikut:
- Perbaikan keadaan umum ibu
(pasang infus)
- Kosongkan kandung kemih
- Memakai sarung tangan steril
- Desinfeksi genetalia eksterna
- Tangan kiri melebarkan
genetalia eksterna,tangan kanan dimasukkan secara obstetri sampai servik
- lakukan eksplorasi di
dalam cavum uteri untuk mengeluarkan
sisa plasenta
- lakukan pengeluaran plasenta
secara digital
- Setelah plasenta keluar semua
diberikan injeksi uterus
tonika
- Berikan antibiotik utk mencegah
infeksi
- Antibiotika ampisilin dosis awal 19 IV
dilanjutkan dengan 3x1 gram.oral
dikombinasikan dngan metronidazol
1 gr suppositoria dilanjutkan dengan
3x500 mg oral.
- Observasi tanda-tanda vital dan
perdarahan
- Antibiotika dalam dosis
pencegahan sebaiknya diberikan.
Sisa
plasenta bisa diduga bila kala uri berlangsung tidak lancar
atau setelah melakukan plasenta manual atau menemukan adanya kotiledon yang
tidak lengkap pada saat melakukan pemeriksaan plasenta dan masih ada perdarahan
dari ostium uteri eksternum pada saat kontraksi rahim sudah baik dan robekan
jalan lahir sudah terjahit. Untuk itu, harus dilakukan eksplorasi kedalam rahim
dengan cara manual/digital atau kuret dan pemberian uterotonika. Anemia yang
ditimbulkan setelah perdarahan dapat diberi transfuse darah sesuai dengan keperluannya
(Sarwono Prawirohaardjo, 2008, hal: 527)
BAB III
TINJAUAN KASUS
PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN
POSTPARTUM PADA NY.“F”
DENGAN REST PLASENTA
DAN ANEMIA SEDANG
DI RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR
TANGGAL 10 DESEMBER 2012
No register :
370474
Tanggal masuk RS :
8 Desember 2012 pukul 12.50 WITA
Tanggal pengkajian : 10
Desember 2012 pukul 20.45 WITA
Ruangan :
IRD Obgin
Data subyektif (S)
Ibu merasa lebih sehat, masih
ada pengeluaran darah dari jalan lahir,
bertambah banyak bila bila bergerak sehingga mengganggu
aktivitasnya,merencanakan kuretase pukul 22.30 Wita, ibu telah ditransfusi
tanggal 10 Desember 2012 pukul 10.30 Wita.
Data obyektif (O)
1.
KU baik
2.
Tanda-tanda vital :
a.
Tekanan
darah :
110/70 mmHg
b.
Nadi :
84 x/menit
c.
Suhu :
36,7 ⁰C
d.
Pernapasan :
20 x/menit
3.
Kongjungtiva merah muda
4.
Payudara lembek, ASI keluar, dan puting terbentuk
5.
TFU II jari di bawah pusat ,kontraksi baik
6.
Fluksus (+), jumlah perdarahan ± 35 cc,
Lokia rubra
7.
Tidak ada oedema dan varises pada tungkai
8.
Riwayat transfusi darah 500 cc pada tanggal 10
Desember 2012 pukul 10.30 Wita
9.
Hasil lab tanggal 10 Desember 2012 pukul 12.50 Wita ; Hb
post transfusi : 10,2 gr %
Assessment ( A )
Ibu postpartum hari ke-III dengan rest plasenta dan
anemia ringan
Planning ( P )
Tanggal 10 Desember 2012 pukul 21.45 –
07.00 WITA
- Menyampaikan dan jelaskan hasil
pemeriksaan pada ibu
- Menjelaskan tujuan kuretase
yaitu untuk mengeluarkan sisa jaringan yang tertinggal untuk mengatasi
perdarahan, ibu mengerti
- Informed consent oleh dr. “B”,
suami setuju untuk dilakukan kuretase
- Persiapan alat kuretase dengan
coass
- Kuretase oleh dr. “B” tanggal
10 Desember 2012 pukul 22.30 – 23.00 Wita
- Observasi perdarahan,
perdarahan ± 40 cc (23.00 – 07.00 Wita)
- Memberi HE tentang gizi,
istirahat, dan personal hygiene pada ibu dan keluarga
BAB
IV
PENUTUP
Saran
Usaha untuk
mencegah terjadinya perdarahan post partum, sebagai berikut :
Perlunya penyuluhan
yang intensif tentang :
- Pengenalan faktor
risiko umur tertentu, yaitu < 20
dan > 35 tahun,
- Pentingnya menjalankan program
Keluarga Berencana (KB) untuk menunda dan menjarangkan kehamilan,
- Penyebab terjadinya Rest Plasenta oleh tenaga
kesehatan khususnya bidan untuk mencegah terjadinya
perdarahan dan kematian ibu saat melahirkan.
DAFTAR
PUSTAKA
Langganan:
Postingan (Atom)